Subhanallah...!!Kisah Haru Mualaf Tampan yang Nikahi Gadis Buta dan Lumpuh

Herman dan gadis pujaannya menikah di Masjid Shirathal Mustaqiem, Samarinda Seberang. Upacara akad nikah ini bagian dari pengambilan gambar untuk pembuatan film. (repro/Samarinda Pos/

Bicara soal pasangan hidup, hampir semua orang tentu menginginkan pasangan yang sempurna secara fisik dan mental. Namun, seorang pria mualaf tampan justru menikahi wanita buta, tuli, bisu, dan lumpuh.

Rita Lavenia Syaiful, Samarinda

“Ternyata Samarinda Seberang begitu indah dan tenang. Masyarakatnya juga ramah dan santun. Aku pasti kerasan di sini,” gumam Herman ketika menikmati senja di tepi sungai Mahakam di salah satu dermaga di Samarinda Seberang.

Herman adalah blasteran Indonesia-Belanda yang baru saja tiba di Samarinda. Dia ke Kota Samarinda untuk mengunjungi kakek dan neneknya yang tinggal di Samarinda Seberang. Selama setahun sebelumnya, Herman sempat tinggal bersama ibunya di Banjarmasin, Kalsel.

Berpostur tinggi, kulit putih bersih dan mata cokelat muda, ditambah tutur kata dan sikapnya yang santun, membuat kaum hawa yang memandangnya pasti langsung jatuh hati.

Bahkan, sebelum ke Samarinda, pemuda yang pernah tinggal di Belanda ini memilih menjadi seorang mualaf. Dia berjanji kepada ibunya yang bersuku Banjar untuk serius memperdalam ilmu agama.

“Usiamu sudah menginjak 28 tahun putraku. Kapan engkau akan menikah? Ayah dan ibumu pasti sudah tidak sabar menimang cucu. Kakek dan nenek juga tidak sabar melihat cicit yang sangat lucu,” ucap neneknya membuyarkan lamunan Herman dengan membawa secangkir kopi dan pisang goreng yang pastinya cukup asing di lidah barat cucunya.

“Sabar grandmother (nenek, Red) yang cantik dan awet muda. Herman ingin mendapatkan wanita saleha yang tidak hanya cantik secara paras. Tapi juga saleha, memiliki ilmu agama yang tinggi. Sehingga bisa menyempurnakan keimananku,” ucap Herman meyakinkan sambil menggoda nenek kesayangannya.

Singkat cerita, sebulan berlalu semenjak berada di Samarinda Seberang, Herman bertemu dengan Khadijah, anak dari Camat Samarinda Seberang, Ansarullah yang terkenal cantik dan taat beribadah.

Melihat kesabaran, kesantunan yang didukung oleh paras cantik, Khadijah mampu membuat Herman jatuh cinta. Tiga bulan saling kenal, membuat pria tampan tersebut ingin meminang Khadijah.

“Demi Allah aku jatuh cinta kepadamu Khadijah. Aku ingin engkau menjadi pendampingku. Karena aku tidak melihat gadis saleha sepertimu di Kampung Ketupat ini. Yang berparas cantik sangat banyak. Tetapi yang bisa menjadi pendamping dan menyempurnakan imanku rasanya hanya engkau. Izinkan aku menemui orang tuamu dan meminangku Khadijah,” ucap Herman kepada Khadijah usai menjalankan salat magrib bersama di Masjid Siratal Mustaqim, Samarinda Seberang.

Namun bukan reaksi bahagia yang diperoleh Herman dari Khadijah. Melainkan raut wajah penuh kesedihan. Hingga akhirnya kata penolakan pun keluar dari bibir tipisnya.

“Aku tidak bisa menerima lamaranmu Herman. Tiga bulan kita bersama, aku hanya menganggap itu sebagai persahabatan. Tidak lebih. Maafkan aku Herman. Assalamualaikum,” ucap Khadijah sambil berlalu pergi.

Tiba di rumahnya yang berada di kawasan Kelurahan Tenun, Khadijah menyampaikan niatan baik sahabatnya tersebut. Ansarullah, ayahnya, sangat terkejut mengapa putrinya yang tidak cacat barang sedikitpun menolak lamaran seorang pria tampan dan mapan tersebut.

“Mengapa kau menolak pinangannya? Dia pria yang baik, santun, dan sudah menjadi mualaf. Kau pun dari keluarga yang baik, saleha dan cantik. Mengapa menolak begitu saja,” ucap Ansarullah dengan pertanyaan yang seakan tidak habis kepada putrinya.

“Ayah, aku punya alasannya,” sanggah Khadijah dan menjelaskan secara panjang lebar mengapa dia menolak Herman, hingga akhirnya Ansarullah paham dan menerima keputusan putrinya.

Keesokan harinya, Khadijah mengajak Herman bertemu usai menunaikan salat Zhuhur di masjid bersejarah di Kaltim tersebut.

“Maafkan aku Herman. Kau pria yang sempurna dan pantas mendapatkan pendamping yang sempurna juga. Aku belum memiliki keimanan yang tinggi seperti yang engkau mau,” jelas Khadijah.

“Apa yang kurang darimu Khadijah. Kau cantik, saleha, dan santun. Tidak ada satu gadis pun yang aku lihat memiliki keima
Tags